PERCOBAAN III
PERSAMAAN ARRHENIUS DAN
ENERGI AKTIVASI
A. PENDAHULUAN
1. Tujuan
Praktikum
a. Mempelajari
pengaruh suhu terhadap laju reaksi.
b. Menghitung
energi aktivitas (Ea) dengan menggunakan persamaan Arrhenius.
2. Landasan
Teori
Energi aktivasi
adalah energi minimum yang dibutuhkan oleh suatu reaksi kimia agar dapat
berlangsung. Energi aktivasi memiliki simbol Ea dengan E menotasikan energi dan
a yang ditulis subscribe menotasikan aktivasi. Kata aktivasi memiliki makna
bahwa suatu reaksi kimia membutuhkan tambahan energi untuk dapat berlangsung.
Dalam kinetika,
suatu reaksi berlangsung melalui beberapa tahap. Diawali dengan tumbukan antar
partikel reaktan. Setelah reaktan bertumbukan, maka akan terjadi penyusunan
ulang ikatan dalam senyawa reaktan menjadi susunan ikatan yang berbeda (
membentuk senyawa produk ). Dalam penyusunan ini, akan ada pemutusan ikatan dan
pembentukan ikatan yang baru, yang membutuhkan sejumlah energi. Ketika beberapa
ikatan reaktan putus dan beberapa ikatan baru terbentuk, tercapailah suatu
keadaan dimana dalam sistem terdapat sejumlah reaktan dan produk. Keadaan ini
kita sebut sebagai transisi kompleks. Proses untuk mencapai keadaan transisi
kompleks membutuhkan energi yang disuplai dari luar sistem. Energi inilah yang
disebut dengan energi aktivasi. (Atkins, 1994)
Pada tahun 1889
Arrhenius mengusulkan sebuah persamaan empirik yang menggambarkan pengaruh suhu
terhadap konstanta laju reaksi. Persamaan yang diusulkan adalah :
K = konstanta laju
reaksi
A = faktor
freakuensi
Ea = energi
aktivasi
Persamaan tersebut
dalam bentuk logaritma dapat ditulis :
Dari persamaan di
atas terlihat bahwa kurva ln K sebagai fungsi dari 1/T akan berupa garis lurus
dengan perpotongan (intersep) ln A dan gradien –Ea/R (Tim Dosen Kimia Fisik,
2013).
Kedua faktor A dan
Ea dikenal sebagai parameter Arrhenius. Plot dari log K terhadap T-1
adalah linear untuk sejumlah besar reaksi dan pada temperatur sedang., hubungan
antara energi aktivasi suhu dan laju reaksi dapat dianalisis dalam bentuk
grafik ln k vs 1/T dengan gradien –(Ea/RT) dan intersep ln A.
(Sri Mulyani,dkk,2003)
Beberapa faktor yang mempengaruhi energi aktivasi adalah
sebagai berikut :
1.
Suhu : Fraksi molekul-molekul
mampu untuk bereaksi dua kali lipat dengan peningkatan suhu sebesar 10oC
.
2.
Faktor frekuensi : Dalam
persamaan ini kurang lebih konstan untuk perubahan suhu yang kecil.
3.
Katalis : Katalis akan
menyediakan rute agar reaksi berlangsung dengan energi aktivasi yang lebih
rendah (Castellan, 1982).
B.
Metode
3.
Alat dan Bahan
- Alat -
Bahan
a.
Rak tabung reaksi 1 buah a. Na2S2O8 atau H2O2 0,04M
b.
Tabung reaksi 10 buah b. KI 0,10M
c.
Gelas piala 600 ml 1 buah c. Na2S2O3 0,001M
d.
Gelas kimia kecil 2 buah d. Larutan amilum 1%
e.
Pipet ukur 10 ml e. Es Batu
f. Stopwatch
g. Termometer
2 buah
h. Pengaduk
1 buah
i. Gelas
ukur 2 buah
j. Pipet
tetes 2 buah
4. Cara
Kerja
a.
Menyiapkan sistem sesuai yang
tertera di bawah ini :
menjalankan
stopwatch dan mencatat waktu yang diperlukan campuran sampai warna biru pertama
kali tampak. (mencatat suhu awal dan akhir dan suhu reaksi yang merupakan
rata-rata kedua suhu). Mengulangi percobaan untuk suhu yang lain
5.
Data Pengamatan
No
|
Suhu Awal (OC)
|
Suhu Akhir
|
Rerata Suhu (K)
|
Waktu
(detik)
|
||
Tbg 1
|
Tbg 2
|
camp
|
||||
1
|
20
|
20
|
20
|
23
|
21,5
|
29,4
|
2
|
25
|
25
|
27
|
25
|
26
|
27,50
|
3
|
30
|
30
|
30
|
29
|
29,5
|
24,07
|
4
|
35
|
35
|
35
|
33
|
34
|
21,12
|
5
|
40
|
40
|
39
|
39
|
39,5
|
19,11
|
6.
Cara analisis data
a.
Perhitungan
mgrek H2O2 = M . V . val
= 0,04 x 5 x 2 = 0,4 mgrek
mgrek KI = M . V . val
= 0,1 x 10 x 1 = 1 mgrek
mgrek Na2S2O3
= M . V . val
= 0,001 x 1 x 2 = 0,002 mgrek (pereaksi pembatas)
Mgrek H2O2
yang bereaksi = mgrek Na2S2O3
b.
Menghitung nilai k
c.
Menghitung nilai 1/T
d.
Perhitungan Ea
Dari kurva
diperoleh persamaan y = -2054,5x + 1.3048
R² = 0.9915
m = 2054,5
Maka m = Ea/RT
Ea = - (m x R) = - (2054,5 x
8,314) = 17081/1000 = 17,081 kJ/mol
7.
Hasil Analisis data
No.
|
Rerata suhu (K)
|
1/T
|
K
|
Ln K
|
1.
|
21,5
|
0,00341
|
0,00339
|
-5,685925358
|
2.
|
26
|
0,00336
|
0,00363
|
-5,618522631
|
3.
|
29,5
|
0,00330
|
0,00415
|
-5,484646945
|
4.
|
34
|
0,00325
|
0,00473
|
-5,353830076
|
5.
|
39,5
|
0,00319
|
0,00523
|
-5,253344001
|
8.
Analisis data dan Pembahasan
Pada praktikum
kimia fiska, percobaan yang dilakukan oleh kelompok 3 adalah percobaan tentang
persamaan Arrhenius dan energi aktivasi. Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa
dapat mengetahui bagaimana pengaruh suhu terhadap
laju reaksi, dan mahasiswa dapat menghitung energy aktivasi dari hasil
pengamatan yang telah dilakukan dengan menggunakan persamaan Arrhenius. Dalam
percobaan yang kami lakukan kali ini yaitu mengamati terjadinya pengaruh suhu
terhadap suatu reaksi, di mana suhu dalam percobaan ini kami variasikan. Suhu
yang kami variasikan yaitu antara (20oC - 40oC). Larutan
yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan H2O2,
larutan H2O, larutan KI, larutan Na2SO4,
dan larutan Kanji atau amilum.
Energi aktivasi
merupakan energi minimum yang dibutuhkan oleh suatu reaksi kimia agar dapat
berlangsung. Energy aktivasi dapat ditentukan dengan mengolah data dari grafik
hubungan ln k dan 1/T dengan berdasarkan
persamaan Arrhenius yang didapat dari data percobaan. Sehingga praktikan dapat
melakukan percobaan berulang dengan mengukur ln k reaksi dari temperatur yang
bervariasi untuk memperoleh data yang akan diolah dalam persamaan tersebut.
Percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan antara larutan H2O2
yang diencerkan dengan aquades pada tabung 1 dan campuran KI, Na2S2O3
dan larutan amilum 1% pada tabung 2. Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari
pengaruh suhu terhadap laju reaksi dan menghitung energi aktivasi menggunakan
persamaan Arrhenius. Sistem yang terdiri dari tabung 1 dan tabung 2 pertama
kali harus disamakan suhunya. Suhu pengamatan dalam percobaan ini yaitu 0-40˚C
dan kita memilih suhu 20˚C , 25˚C, 30˚C, 45˚C dan 40˚C. Suhu pengamatan dalam percobaan ini adalah 40oC Suhu kedua
larutan dibuat sama karena kita akan mempelajari pengaruh suhu terhadap laju
reaksi.
Larutan
amilum dalam percobaan ini digunakan sebagai indikator adanya I2. I2
akan bereaksi dengan amilum setelah Na2S2O3 pada
campuran habis bereaksi dan hal ini dijadikan sebagai waktu akhir reaksi, waktu
dimana muncul warna biru pertama kali (waktu awal reaksi saat kedua tabung
dicampur). Larutan amilum yang digunakan dibuat sesaat sebelum percobaan karena
larutan ini mudah rusak. Penyebab terbentuknya
warna biru adalah karena penambahan H2O2. H2O2
berfungsi sebagai oksidator yang akan menjadi H2O sedangkan KI
sebagai penghasil I2 jika direaksikan dengan H2O2.
Dengan kata lain, penambahan H2O2
pada percobaan ini bertugas untuk mengoksidasi I- menjadi I2,
lalu I2 ini akan diikat oleh S2O32-,
pada pengikatan ini warna larutan masih belum biru, namun setelah S2O32-
ini habis bereaksi, maka I2 akan lepas dan akan berikatan dengan I-
yang akan membentuk I3-. Warna biru mulai terbentuk saat
I3- berikatan dengan amilum. Amilum yang digunakan
haruslah amilum yang baru dibuat, karena amilum yang telah lama dibuat memiliki
kemungkinan perubahan struktur karena pengaruh luar.
Dari percobaan
tersebut, variabel bebasnya adalah suhu sedangkan variabel terikatnya adalah
waktu. Sehingga didapat semakin tinggi suhunya maka waktu reaksinya akan
semakin cepat dan perubahan warna yang terjadi akan semakin cepat pula. Hal ini
terjadi karena semakin tinggi suhu maka energy kinetik suatu patikel akan
meningkat. Sehingga pergerakan partikel untuk menimbulkan tumbukan efektif
semakin besar juga. Dan sebaliknya jika reaksi dilakukan pada suhu rendah,
reaksi akan semakin lambat. Suhu maksimum yang digunakan dalam percobaan ini
adalah 40OC sebab pada suhu lebih dari 40OC, larutan
amilum yang ada akan menjadi rusak, sehingga ion iodide yang terbentuk dari perubahan
iodium tidak dapat terdeteksi dengan baik.
Dari percobaan suhu kamar adalah 28oC
dan suhu campuran air dan es adalah 20oC dan diperoleh bahwa untuk
suhu 20oC waktu yang diperlukan yaitu 29,4 detik, suhu 25oC = 27,50 detik,
suhu 30oC = 24,07 detik, suhu 35oC = 21,12 detik dan suhu 40oC = 19,11 detik.
Dari lima sistem dapat disimpulkan bahwa suhu berbanding terbalik dengan waktu
sesuai dengan teori karena reaksi berlangsung lebih cepat jika suhu tinggi
akibat tumbukan semakin banyak karena gerakan semakin cepat dan komposisi H2O2
yang berubah menyebabkan waktu yang diperlukan lebih sedikit. Percobaan suhu
umumnya memperngaruhi harga tetapan laju k. Jika suhu dinaikkan maka harga k
akan meningkat dan sebalikknya jika suhu diturunkan maka harga k akan menurun.
Dari harga k akan dapat dihitung energy aktivasinya.
Dari grafik Ln k dan 1/T tersebut
diperoleh Ea = 17,081 kJ/mol.
Hubungan energi aktivasi dengan laju reaksi adalah berbanding terbalik. Semakin
besar energy aktivasi maka laju reaksinya semakin lambat karena nergi minimum
untuk terjadi reaksi semakin besar
Faktor yang mempengaruhi energy aktivasi
(Ea) yaitu suhu, factor frekuensi (A), katalis. Semakin kecil harga ln k maka
harga 1/T rata-rata semakin besar. Ini membuktikan bahwa semakin tinggi
temperature maka energy aktivasinya akan semakin kecil dan semakin sedikit
waktu yang diperlukan sehingga akan memperbesar harga laju reaksi. Hal ini
sesuai dengan teori di mana energy aktivasi berbanding terbalik dengan laju
reaksi.
Reaksi yang terjadi:
2H2O2 +2I- 2H2O + O2 + I2
+ 2e
I2 + 2S2O32- 2I-
+ S4O62-
I2 + I- I3-
I3- + amilum warna biru
C. PENUTUP
9. Simpulan
dan Saran
§ Kesimpulan
1. pada
percobaan ini, untuk suhu yang dipelajari, reaksi itu berbanding lurus dengan
temperature sehingga mengalami persamaan Arrhenius.
2. Semakin
besar suhu maka waktu yang diperlukan adalah semakin kecil
3. Energi
aktivasi dari percobaan ini adalah dengan intersep
§ Saran
1. Sebelum
melakukan percobaan, hendaknya praktikan menyiapkan alat dan bahan terlebih
dahulu dan mengecek apakah alatnya ada yang rusak atau tidak.
2. Praktikan
harus menguasai materi sebelum melakukan praktikum.
3. Praktikan
teliti dan cermat dalam melakukan pengukuran.
10.
Daftar Pustaka
Tim
Dosen Kimia Fisik.2013. Diktat Petunjuk
Praktikum Kimia Fisik.Semarang: Jurusan Kimia FMIPA UNNES
Castellan
GW.1982.Physichal Chemistry. Third
Edition. New York : General Graphis Services.
Atkin
PW. 1999.Kimia Fisika. Edisi ke 2
Kartahadiprodjo Irma I, penerjemah; Indarto Purnomo Wahyu, editor Jakarta :
Erlangga. Terjemahan dari : Physichal Chemistry
Sri
Mulyani dan Hendrawan.2003. Kimia Fisika
II. Common Textbook Edisi Revisi. IMSTEP.
Semarang,
27 September 2013
Mengetahui
Dosen
Pengampu Praktikan
Ir.
Sri Wahyuni,M.Si Etika
Rosiani
NIM.
4301411051
11.
Jawaban Pertanyaan
1.
Alasan yang mungkin
menyebabkan terjadinya penyimpangan apabila suhu diatas 40oC adalah
dikhawatirkan amilum yang ada pada larutan akan mengalami perubahan
struktur yang dapat menyebabkan kerusakan, sehingga ion iodide yang terbentuk
dari perubahan yodium tidak dapat terdeteksi dengan baik.
2.
Energi aktivasi
dipengaruhi oleh temperature karena fraksi molekul-molekul mampu untuk bereaksi
dua kali lipat dengan peningkatan suhu sebesar 10oC
3.
Kurva selalu linier
pada temperatur 0-40oC hal ini dikarenakan persamaan empirik
pengaruh temperature terhadap konstanta laju reaksi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar